Senin, 27 Oktober 2014

OBAT-OBATAN PADA ASMA BRONKIAL

OBAT-OBATAN PADA ASMA BRONKIAL

A.    Bronkodilator
Bronkodilator  : Obat yang melebarkan saluran nafas
Terbagai 3 golongan :
-          Simpatomimetik / agonis β adrenergic
Bekerja pada reseptor beta 2 ( Beta 2 agonis )
contoh obat :
a.       Selektif terhadap adrenoreseptor (short-acting ) : Orsiprendlin, Fenoterol, Terbutalin, Salbutamol, Ispenturin
b.      Nonselektif (long-acting): adrenalin, efedrin, dan isoprendlin
Di berikan untuk tepai pada ashma, bronchitis, empisema, dan penyakit PPOK lainya. Beta adrenergik dapat diberika secara oral, subkutan, intravena atau secara inhalasi. Pemberian terapi sebaiknya diberikan dalam bentuk inhalasi oleh karena penyerapan akan lebih baik dan tepat sasaran dan juga untuk meminimalisir efek samping. Pada asma short acting agonis β adrenergik digunakan sebagai terapi pada gejala akut dan untuk mencegah spasme bronkus. Sedangkan long acting agonis β adrenergik digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan asma yang sedang hingga berat dimana biasanya diberikan bersamaan dengan inhalasi kortikosteroid.
-          Xanthin (teofilin)
Nama obat : Aminofilin  supp, Aminofilin retard , Teofilin
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin terdapat juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
-          Antikolinergik
Atropin, prototype antikolinergik. Atropin diserap tubuh melewati mukosa. Namun obat sintetiknya banyak dipakai pada pengobatan penderita penyakit paruobstruktif menahun yaitu ipratropium bromida dengan nama dagang atroven danrobinul. Merupakan obat yang mempunyai kemampuan bronkodilatasi dua kali lipatdengan waktu kerja yang jauh lebih lama dibandingkan dengan atropin sendiri.
Antikolinergik alkaloid sudah digunakan sebagai terapi pada penyakit saluran pernapasan. Diantaranya ipatropine yang bersifat lambat diabsorbsi, tidak melewatisawar darah otak dan memiliki sedikit efek samping.
Di dalam sel-sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergisdan sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor b2 dari sistem adrenergisterhambat, sehingga mengakibatkan bronkokonstriksi. Antikolimengika memblok reseptor muskarin dari saraf-saraf kolinergis di otot polos bronchi, hingga aktivitassaraf adrenergis menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi.
Efek samping yang tidak dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan dahak dan takikardia, yang tidak jarang mengganggu terapi. Yang terkenal pulaadalah efek atropin, seperti mulut kering, obstipasi, sukar berkemih, dan penglihatan buram akibat gangguan akomodasi. Atropin aman untuk dikonsumsi bagi wanitahamil dan menyusui.
Ipratropium bromida sangat efektif untuk terapi terhadap COPD. Kombinasiobat antikolinergik dengan golongan bronkodilator lain seperti beta-2 agonis danxanthin memberikan efek bronkodilatasi yang lebih baik, dimana derivat dari adrenegik yang bersifat sebagai adenilsiklase dan derivate xanthin yang bersifatsebagai penghambat fosfodiesterase. Efek maksimalnya dicapai setelah 1-2 jam dan bertahan rata-rata 6 jam. Dosis inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 mcg
Pada kasus penyakit asma, bronkodilator tidak di gunakan secara oral tetapi dipakai secara inhalasi / parenteral. Jika sebelumya telah di gunakan obat golongan simpatomimetik, maka sebaiknya di berikan aminophilin secara parenteral. Demikian sebaliknya, bila sebelumya telah di gunakan obat golongan teofilin secara oral maka sebaiknya di berikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.

Obat-obat bronodilator simpatomimetik berefek samping menimbulkan takikardia sehinga penggunaan parenteral pada orang tua harus di lakukan dengan hati-hati. Obat jenis ini pun berbahaya pada pasien dengan penyakit :
-          Hipertensi
-          Kardiovaskuler
-          Serebrovaskuler
Pada orang dewasa bronkodilator di berikan bersama 0,3 ml larutan epinefrin 1 : 1000 (perbandingan tersebut adalah perbandingan epinefrin dan zat pengencer sehingga yang di gunakan adalah epinefrin dengan pengenceran 10 pangkat -3) secara subkutan. Sedangkan pada anak-anak di berikan bronkodilator sebanyak 0,001 mg/kg BB subkutan (1 mg permil) dan dapat di ulang tiap 30 menit sebanyak 2-3 kali atau sesuai kebutuhan.
Obat-obatan bronkolidator golongan simpatomimetik yang selektif terhadap adrenoreseptor (orsiprendlin, salbutamol, terbutalin, inspeturin dan fenoterol). Selain itu obat-obatan tersebut mempunyai sifat yang lebih efektif dengan masa kerja lebih lama dan efek samping lebih kecil dari pada bentuk nonselektif (adrenalin, efedrin, dan isoprendlin)
Obat-obat bronkodilator yang di berikan dengan aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemiknya lebih kecil. Campuran tersebut baik di gunakan untuk sesak napas berat pada anak-anak dan dewasa. Untuk menggunakanya mula-mula dia berikan sebanyak sedotan metered aerosol defire (afulpen metered aerosol). Jika menunjukan perbaikan, maka dapat di ulang tiap empat jam dan jika tidak ada perbaikan selama 10-15 menit segera berikan aminophilin secara intravena dalam durasi 10-15 menit. Efek samping yang timbul jika di berikan secara tidak perlahan adalah menurunya tekanan darah. Dosis awal yang di berikan sebesar 5-6 mg/kg BB untuk orang dewasa dan anak-anak. Sedangkan dosis penunjang yang di berikan adalah sebesar 0,9 mg/kgBB/jam secara infuse.
B.     Kortikosteroid
Bila pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukan perbaikan, maka pengobatan di lanjutkan dengan 200 mg hidrokortison secara oral atau dengan dosis 3-4 mg/kgBB IV sebagai dosis permulaan dan dapat di ulang 2-4 jam secara parenteral sampai serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednisone atau dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis di kurangi secara bertahap.
Obat-obat kortikosteroid adalah senyawa-senyawa hasil sintesis yang struktur kimianya menyerupai hormon steroid alami. Yang termasuk obat kortikosteroid antara lain : 
-          hidrokortison,
-          deksametason,
-          betametason,
-          beklometason,
Obat golongan kortikosteroid utamanya digunakan untuk mengatasi radang, apapun penyebab radangnya dan di manapun lokasinya. Beberapa penyakit peradangan yang kerap diobati dengan kortikosteroid adalah :
-          asma
-          radang rematik
-          radang usus
-          radang ginjal
-          radang mata
-          gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti berbagai jenis alergi, dan lupus
-          untuk pasien yang baru menjalani transplantasi organ untuk mencegah reaksi penolakan tubuh terhadap organ yang dicangkokkan.
-          pasien kanker, yaitu untuk mencegah mual dan muntah akibat kemoterapi, juga pada terapi kanker itu sendiri sebagai terapi pendukung kemoterapi.
-          untuk ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan prematur, yaitu untuk mematangkan paru-paru janin, sehingga jika harus lahir prematur paru-paru bayi sudah cukup kuat dan bekerja dengan baik.
Obat pengontrol asma yang paling efektif adalah kortikosteroid. Cara pemberian yang paling baik adalah secara inhalasi. Pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat menurunkan kebutuhan terhadap kortikosteroid sistemik. Pada asma kronik berat dibutuhkan dosis inhalasi yang tinggi untuk mengontrol asma. Bila dengan dosis inhalasi yang tinggi belum juga dapat mengontrol asmanya, maka ditambahkan kortikosteroid oral.
Pada pemakaian kortikosteroid inhalasi jangka panjang dapat timbal efek samping kandidiasis orofaring, disfonia dan kadang-kadang batuk. Efek samping itu dapat dicegah dengan pemakaian spacer atau dengan mencuci mulut sesudah pemakaian alat. Obat kortikosteroid sistemik diberikan bila obat inhalasi masih kurang efektif dalam mengontrol asma. Obat sistemik juga diberikan pada saat terjadi serangan asma yang berat. Pemberian obat selama 5–7 hari dapat digunakan sebagai terapi maksimal untuk mengontrol gejala asma. Pemberian demikian dilakukan pada permulaan terapi jangka panjang maupun sebagai terapi awal pada asma yang tidak terkontrol atau selama masa perburukan penyakit. Pemberian obat kortikosteroid jangka panjang mungkin perlu untuk mengontrol asma persisten berat, tetapi pemberian itu terbatas oleh karena risiko terhadap efek samping. Pemberian inhalasi kortikosteroid jangka lama selalu lebih baik daripada pemberian secara oral maupun parenteral. Bila pemberian oral diberikan untuk jangka lama harus diperhatikan kemungkinan timbal efek samping. Untuk jangka panjang pemberian obat secara oral lebih baik daripada parenteral. Preparat oral golongan steroid yang bersifat short acting seperti prednison, prednisolon dan metil prednisolon lebih baik karena efek mineralokortikoidnya minimal, masa kerja pendek sehingga efek samping lebih sedikit dan efeknya terbatas pada otot. Bila mungkin prednison oral jangka lama diberikan selang sehari pada pagi hari untuk mengurangi efek samping. Tetapi kadang-kadang penderita asma berat memerlukan obat tiap hari bahkan dua kali sehari.
Namun penggunaan kortikosteroid dalam waktu jangka yang panjang bisa menimbulkan berbagai efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping kortikosteroid dalam tubuh:
1.      Tukak lambung hingga menyebabkan perdarahan.
2.      Tingginya kadar gula darah.
3.      Keropos tulang.
4.      Infeksi yang berat dikarenakan kortikosteroid menekan imun tubuh.
5.      hipertensi karena menahan garam di dalam tubuh
6.      peningkatan berat badan, menumpuknya lemak di bagian tubuh seperti wajah, leher bagian belakang, dan perut
Efek samping kortikosteroid sebagai obat luar:
1.      Ulserasi pada kulit.
2.      Luka yang tidak sembuh-sembuh.
3.      Striae.

Untuk itu penggunaan kortikosteroid sebaiknya dalam pengawasan ketat dokter supaya efek samping yang tidak diinginkan dapat dihindari, selain itu perlu pengetahuan yang tepat dalam penggunaan kortikosteroid agar tidak terjadi ketidakseimbangan hormon steroid di dalam tubuh.
cara untuk mensiasati efek samping yang mungkin timbul antara lain :
1.      bagi pasien dengan resiko diabetes, kurangi asupan gula/karbohidrat
2.      untuk mengurangi resiko osteoporosis, tambahlah suplemen Calcium dan Vitamin D
3.      untuk mengurangi resiko hipertensi, kurangi asupan garam dalam makanan
4.      untuk mengurangi kegemukan, bisa dilakukan diet yang sesuai
5.      untuk menghindari terjadinya infeksi, hindarkan diri dari lingkungan hidup yang kotor dan polusi. Tambahkan suplemen makanan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
6.      untuk menghindari gangguan lambung, minumlah obat ini setelah makan atau bersama snack, jangan pada saat perut kosong.










C.    mukolitik
mukolitik adalah obat yang bekerja dengan mengurangi kekentalan dahak sehingga di harapakan kekentalan dahak tersebut mudah dapat di keluarkan. Pada beberapa kondisi penyakit seperti penyakit sumbatan penyakit kronik dan fibrosis kistik, mukolitik dapat di gunakan sebagai pengencer dahak. Namun bukti-bukti yang menunjukan efektifitasnya sangat terbatas. Bahkan tidak ada studi valid yang menunjukan criteria kualitas mukolitik baik pada anak-anak maupun dewasa.
Walaupun sifatnya mengurangi kekentalan dahak dan menyebabkan kesan subyektif dan positive pada pasien, obat ini tidak dapat memberikan yang konsisten terhadap sitem paru.
Obat ini memiliki efek samping :
1.      tukak lambung, sifat obat yang dapat mengiritasi lapisan lender lambung
2.      bronkospasme
3.      demam
Jenis-jenis obat mukolitik :
1.      ambroxol, merangsang produksi surfaktan, menurunkan tegangan permukaan sehingga adesi mukus pada bronkus menurun
Indikasi:
Penyakit saluran napas akut dan kronis yang disertai sekresi bronkial yang abnormal, khususnya pada eksaserbasi dan bronkitis kronis, bronkitis asmatik, asma bronkial.
Kontra Indikasi     : Hipersensitif terhadap ambroksol.
Komposisi             :Tiap tablet mengandung ambroksol hidroklorida 30 mg.
Dosis                     :
Dewasa                                   : sehari 3 kali 1 tablet.
Anak-anak 5 - 12 tahun          : sehari 3 kali 1/2 tablet.
Anak-anak 2 - 5 tahun                        : sehari 3 kali 7,5 mg
Anak-anak di bawah 2 tahun  : sehari 2 kali 7,5 mg
Efek Samping       :  Ambroksol umumnya ditoleransi dengan baik. Efek samping yang ringan pada saluran pencernaan dilaporkan pada beberapa pasien. Reaksi alergi.

2.      bromhexin, Menguraikan mukus: meningkatkan hidrolisis lisosoma & stimulasi kelenjar mucus. Obat ini digunakan sebagai mukolitik pada bronkitis atau kelainan saluran napas yang lain. Efek samping pemberian oral berupa mual dan peninggian transaminasi serum. Bromheksin harus hati-hati digunakan pada pasien tukak lambung. Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3 kali 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit


3.      n-asetil sistein, Menguraikan mukus: memutus ikatan disulfide protein
Asetilsistein adalah derivat H-asetil dari asam amino L-sistein, digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol. Pemberian langsung ke dalam saluran napas melalui kateter atau bronksokop memberikan efek segera, yaitu meningkatkan jumlah sekret bronkus secara nyata. Efek samping berupa stomatitis, mual, muntah, pusing, demam dan menggigil jarang ditemukan. Efek toksis sistemik tidak lazim oleh karena obat dimetabolisme dengan cepat.1
Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per oral. Pemberian secara inhalasi dosisnya adalah 1-10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10% setiap 2-6 jam. Pemberian langsung ke dalam saluran napas menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml setiap jam. Obat ini selain diberikan secara inhalasi dan oral, juga dapat diberikan secara intravena. Pemberian aerosol sangat efektif dalam mengencerkan mukus. Bila diberikan secara oral dalam jangka waktu yang lama obat ini ditoleransi dengan baik dan tidak mempunyai efek toksik.1
Di samping bersifat mukolitik, N-asetilsistein juga mempunyai fungsi sebagai antioksidan. N-asetilsistein merupakan sumber glutathion, yaitu zat yang bersifat antioksidan. Pemberian N-asetilsistein dapat mencegah kerusakan saluran napas yang disebabkan oleh oksidan. Penelitian pada penderita penyakit saluran napas akut dan kronik menunjukkan bahwa N-asetilsistein efektif dalam mengatasi batuk, sesak napas dan pengeluaran dahak. Perbaikan klinik pengobatan dengan N-asetilsistein lebih baik bila dibandingkan dengan bromheksin.






















DAFTAR RUJUKAN

1.      Tabrani R. Terapi Dan Penyakit Paru. Ilmu penyakit paru. Jakarta. Trans info media.2010,601-6162.
2.      Yunus F. Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruksi.Cermin Dunia Kedokteran. 1997, 28-323.
3.      Bellini LM, Grippi MA. Pulmonary Pharmacotherapy. In Fishman AP, Elias JA,Fishman JA, Gripii MA, Kaiser LR, Senior RM editor Manual of Pulmonary DiseaseAnd Disorders. USA. The McGrow Hill Companies. 2002,1099-11024.
4.      Boushey HA. Obat-obat Asma. In Sjabana D, Raharjo, Sastrowardoyo W, Hamzah,Isbandiati E, Uno I, Purwaningsih S editor Farmakologi Dasar Dan Klinik jilid I. Jakarta.Salemba Medika. 2001,590-5995.
5.      Tjay TH, Rahardja K. Obat Asma Dan COPD. Obat-obat Penting kasiat, penggunaandan efek samping. Jakarta. Elex media computindo.2008,645-6466.
6.      Alsagaff H, Mukty A. Asma. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga university press.2009,292-295.
7.      Lippincot & William: Pharmacology
8.      Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI Edisi 4
9.      Cough and cold remedies for the treatment of acute respiratory infection of young children. Department of child of adolescent health and development world health organization, zwitzerland, 2001
10.  Gunawan, Sulistia Gan, dkk. Ed. Ke-5. Jakarta: Departemen Farmakologi FKUI, 2008: 720.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar